Maaf jika aku tak selalu didekatmu
Tapi Aku takkan enggan memeluk jiwamu
Dan Bau tubuhmu yang senantiasa mengepungku
Karena engkau adalah nafasku
Aku telah cacat, Kau tahu itu
Dan tak berdaya melawan takdir
Meski kadang kala aku seteguh karang
Karena aku manusia yang memang rapuh
Tak mampu meniti lembaran suci
Acap kali membohongimu meski tak demikian maksudku
Maafkan tiap keterlambatanku mengartikan ucapanmu
Cermin itu tak memberitahu siapa diriku
Namun tidaklah aku diam ketika terdiam
Terima kasih telah menghadirkan sosok mungil penuh canda
Yang tangan lembutnya menguapkan dahaga dan gelora amarah
Menjagaku dari sifat buruk yang telah menghempaskanku
Mewarnai kembali liku hidupku
Tapi Aku takkan enggan memeluk jiwamu
Dan Bau tubuhmu yang senantiasa mengepungku
Karena engkau adalah nafasku
Aku telah cacat, Kau tahu itu
Dan tak berdaya melawan takdir
Meski kadang kala aku seteguh karang
Karena aku manusia yang memang rapuh
Tak mampu meniti lembaran suci
Acap kali membohongimu meski tak demikian maksudku
Maafkan tiap keterlambatanku mengartikan ucapanmu
Cermin itu tak memberitahu siapa diriku
Namun tidaklah aku diam ketika terdiam
Terima kasih telah menghadirkan sosok mungil penuh canda
Yang tangan lembutnya menguapkan dahaga dan gelora amarah
Menjagaku dari sifat buruk yang telah menghempaskanku
Mewarnai kembali liku hidupku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar